Bagaimana cara menetapkan harga produk & jasa? Barangkali, Anda masih kesulitan untuk menentukan besaran nilai yang akan Anda bebankan kepada konsumen Anda. Memang, tidak mudah menyusun komposisi yang tepat.
Karena, bisa jadi ketika Anda memutuskan melaunching harga produk, konsumen lantas menjauhi produk Anda. Atau, malah sebaliknya. Saat produk Anda tepat dengan keinginan konsumen, maka produk Anda pun akan digemari.
Menurut Philip Kotler, seorang pakar marketing, penetapan harga adalah suatu masalah jika perusahaan menetapkan harga untuk pertama kalinya.
Hal ini terjadi ketika perusahaan mengembangkan atau memperoleh produk baru, ketika akan memperkenalkan produknya ke saluran distribusi baru atau daerah baru, dan saat akan melakukan penawaran atas suatu perjanjian kerja baru.
Karena, produk tersebut akan mulai menjajaki sebuah pasar baru bagi konsumen yang sama sekali belum mengenal produk itu.
Setiap perusahaan harus memutuskan di mana dia akan menempatkan produknya berdasarkan mutu dan harga.
3 Cara Menetapkan Harga Produk dan Jasa
Menetapkan harga produk dan jasa bisa ditinjau dari tiga aspek, yaitu:
- penetapan harga berorientasi biaya,
- penetapan harga berorientasi permintaaan,
- dan penetapan harga berorientasi persaingan.
Penentuan Harga Berorientasi Biaya
Dalam penetapan harga berorientasi biaya, harga produk ditetapkan berdasarkan biaya yang dikeluarkan. Dan, kebanyakan, perusahaan menerapkan cara ini.
Komponen yang masuk di dalamnya mencakup semua biaya, termasuk pengalokasian biaya tambahan. Umumnya, nilainya selalu berubah dan dibuat berdasarkan perkiraan tingkat pelaksanaan.
Biasanya, penetapan harga yang berorientasi biaya diterapkan untuk perdagangan eceran (bahan makanan, mebel, kerajinan, pakaian) dan pesanan yang biayanya sulit ditentukan sebelumnya –seperti pembuatan bangunan dan mesin yang khusus.
Hal yang perlu menjadi pedoman dalam penetapan harga yang berorientasi biaya adalah:
- Persentase kenaikan harga berbanding terbalik dengan harga satuan.
Yaitu, semakin rendah harga satuan, semakin tinggi persentase kenaikan harga. Misalnya, sebuah jaket yang semula seharga Rp 30 ribu dapat dijual dengan harga Rp 60 ribu. Sehingga, terjadi kenaikan harga sebesar 100 persen. Sementara itu, seperangkat furnitur yang harganya Rp 300 ribu, dapat dijual dengan harga Rp 450.000,00. Atau, kenaikan harganya relatif lebih rendah sebesar 50 %.
- Tingkat kenaikan harga harus berbanding terbalik dengan harga penjualan.
Yaitu, bila suatu produk semakin sering dibeli, maka kenaikan harga semakin kecil. Semakin sedikit produk tersebut dibeli, semakin tinggi kenaikan harganya.
Misalnya, sabun mandi akan memiliki kenaikan harga yang lebih rendah dari peralatan elektronik seperti televisi.
Penentuan Harga Berorientasi Permintaan
Pada penetapan harga berorientasi permintaan, sangat memperhatikan faktor banyaknya permintaan. Apabila permintaan semakin banyak, maka harga yang dikenakan juga ikut tinggi.
Namun, bila permintaan sedikit, maka harga yang dikenakan akan rendah, walaupun dalam kedua kasus di atas harga satuan yang berlaku mungkin sama. Harga dapat berbeda-beda berdasarkan konsumen. Harga yang lebih tinggi diberikan kepada pembeli yang tidak mempedulikan harga.
Sedangkan, harga yang lebih rendah diberikan pada pembeli yang memperhatikan harga. Namun perlu diingat, penetapan harga dengan metode seperti ini dapat menghancurkan kepercayaan konsumen dalam jangka panjang.
Penetapan harga dengan berorientasi pada permintaan ini bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu:
- Harga dapat berbeda berdasarkan tempat.
Contohnya, tempat duduk di stadion dan bangunan ruko yang disewakan.
- Harga dapat berbeda-beda menurut waktu.
Misalnya, produk musiman dan minuman.
- Harga dapat berbeda-beda berdasarkan versi produk.
Versi produk yang agak berbeda diberi harga yang berbeda, tetapi tidak sebanding dengan biaya marginal masing-masing.
Misalnya, satu kotak susu pasteurisasi dengan harga kemasan seharga Rp 2.500,00 dapat dijual seharga Rp 5 ribu. Sedangkan, satu kotak susu pasteurisasi yang sama dengan harga kemasan Rp 1.500,00 dapat dijual dengan harga Rp 3 ribu.
Penentuan Harga Berorientasi Persaingan
Terakhir, penetapan harga yang berorientasi persaingan dilakukan bila harga sebagian besar ditentukan oleh keberadaan harga pesaing yang lain. Dalam hal ini, harga tidak perlu sama. Perusahaan dapat mempertahankan harga produknya lebih tinggi atau lebih rendah dari harga produk pesaing dalam batasan persentase tertentu.
Jenis penetapan harga ini biasanya digunakan untuk menyaingi produk yang tidak berbeda, seperti beras, minyak goreng, tepung terigu, gula pasir dan lain-lain. Penetapan harga yang berorientasi persaingan juga dapat digunakan dalam penawaran kontrak.
Pada dasarnya, penetapan harga jual adalah proses penentuan apa yang akan diterima suatu perusahaan dalam penjualan produknya. Pada perusahaan-perusahaan kecil, harga biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak, dan bukan oleh bagian pemasaran.
Sedangkan, pada perusahaan-perusahaan besar, penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer divisi dan lini produk. Bahkan, manajemen puncak juga menetapkan tujuan dan kebijakan umum penetapan harga, serta memberikan persetujuan atas usulan harga dari manajemen di bawahnya.
Dalam menetapkan harga jual, setidaknya harus dapat menutupi seluruh biaya yang termaktub pada sebuah produk, dengan ditambah nilai laba yang wajar. Jadi, pada saat Anda menetapkan harga jual, Anda sudah memperhitungkan balik modal untuk penyediaan satu unit produk, ditambah keuntungan yang Anda ingin dapat dari sebuah unit produk.
Penetapan harga memiliki fungsi yang sangat luas dalam program pemasaran. Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk Anda dengan aspirasi sasaran pasar. Hal ini. Anda juga harus mempelajari kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen.
Bicara harga berarti mengulas tentang citra kualitas dan seberapa tinggi ekslusifitasnya. Tinggi rendahnya harga berpengaruh terhadap persepsi kualitas. Sehingga, ikut menentukan citra terhadap sebuah merek atau produk. Dalam persepsi konsumen, sering berlaku logika bahwa harga yang mahal berarti kualitas bagus. Sebaliknya, harga yang murah berarti kualitasnya kurang.
Pada tingkat tertentu, menetapkan harga berarti juga berbicara mengenai ekslusivitas. Walau harus mempertimbangkan berbagai faktor lain terkait, secara kasar dapat dikatakan bahwa makin tinggi harga yang ditetapkan secara relatif terhadap kompetitor, makin eksklusif pula sasaran konsumennya.
Ibarat piramida, makin ke puncak makin kecil. Makin tinggi harga yang ditetapkan, makin sedikit konsumen yang disasar.